PEMAHAMAN
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi
lahannya adalah unit bahasa berupa kalimat, klausa dan frase.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu
yang dapat dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang
diirangkai, dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur
dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang
lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sintaksis?
2. Apa pengertian frase dan apa
jenis-jenisnya?
3. Apa pengertian klausa dan apa
jenis-jenisnya?
4. Apa pengertian kalimat dan apa saja
macam-macamnya?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Dapat menjelaskan pengertian
mengenai sintaksis
2. Dapat menjelaskan pengertian dan
jenis-jenis frase
3. Dapat menjelaskan pengertian dan
jenis-jenis klausa
4. Dapat menjelaskan pengertian kalimat
dan macam-macamnya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SINTAKSIS
Sintaksis berasal dari bahasa belanda syntaksis. Dalam bahasa inggris digunakan
istilah syntax. Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,kalimat,klausa,frase(Ramlan 2001).
Sedangkan menurut Tarigan sintaksis adalah salah satu cabang
atau tatabahasa yang membicarakan struktur kalimat,klausa,dan frase.
misalnya:
Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah sedang
memasak nasik goreng
Contoh di atas dapat diklasifikasikan atas
:
satu
kalimat :
−Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek
Aminah sedang memasak nasik goreng
dua klausa :
(1) Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan;
(2) ketika nenek Aminah sedang memasak nasik goreng
enam
frasa :
(1) Saya dan Ali
(2) sedang menggambar
(3) lukisan pemandangan
(4) nenek Aminah
(5) sedang memasak
(6) nasik goreng
B. FRASE
Frase
adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
Frase
merupakan kelompok kata yang mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat,
pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
Untuk
memudahkan Anda mengenai frase,lihat contoh berikut:
Dua orang mahasiswa sedang membaca
buku baru di perpustakaan.
Kalimat
itu terdiri dari satu klausa,yaitu Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru
di perpustakaan. Sedangkan,klausa terdiri dari empat unsur yaitu,dua orang
mahasiswa, sedang membaca buku baru,dan di perpustakaan.
Masing-masing
unsur menduduki satu fungsi.Dua orang mahasiswa menduduki unsur S,sedang
membaca menduduki fungsi P,buku baru menduduki fungsi O,dan di perpustakaan
menduduki fungsi KET.Demikianlah unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik yang
disebut frase.Jadi Frase itu sendiri adalah satuan gramatik yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
JENIS
FRASE
Berdasarkan
kesetaraan distribusi unsur-unsurnya frase dibagi dua jenis ,yaitu:
1. Frase
endosentrik
Frase
endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat.Frase
endosentrik dibagi atas tiga jenis yaitu:
a. Frase endosentrik koordinatif,yakni
frase yang unsur-unsurnya setara,dapat dihubungkan dengan kata dan,atau,misalnya:
• Sepeda motor
• Kasih sayang
• Rumah sakit
b. Frase endosentrik atributif,yakni
frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan kata
penghubung dan,atau,misalnya:
• Sepeda baru
• Sambil bernyanyi
• Sedang mandi
2.
Frase endosentrik apositif,yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan
dalam kalimat tapi tak dapat dihubungkan dengan kata dan,atau,misalnya:
• Andi,anak Pak Slamet sedang membaca
• - anak Pak Slamet sedang belajar
• Sule, - sedang belajar
3. Frase eksosentrik,adalah frase yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan semua unsurnya.misal:
•
Di toko
•
Ke kampus
•
Dari desa
Frase
ditinjau dari persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,frase
dibagi menjadi lima,yaitu:
a. Frase verbal,adalah satuan bahasa yang terbentuk
dari dua kata atau lebih dangan verba sebagai intinya dan tidak merupakan
klausa.
Misal:
•
Kapal laut itu sudah belabuh
•
Ibu saya sedang mencuci
b. Frase nominal,adalah dua buah kata atau lebih yang
intinya dari nominal atau benda.
Misal:
•
Amirudin makan beberapa butir
telur itik
•
Syarifudin menjual tiga puluh
kodi kayu besi
c.
Frase ajektival,adalah satuan gramatik yang terdiri
atas dua kata atau lebih sedang intinya ajektiva(sifat) dan satuan ini tidak
membentuk klausa.
Misal:
•
Baju itu sangat indah
•
Mobil ferozamu baru sekali
d. Frase
pronomina,adalah
dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi
dalam kalimat.
Misal:
•
Saya sendiri akan pergi ke pasar
•
Kami sekalian akan pergi ke kantor
e.
Frase numeralis,adalah dua kata atau lebih yang
hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya
pada numeralia.
Misal:
•
Tiga buah rumah sedang terbakar
•
Lima ekor ayam sedang terbang
C. KLAUSA
Kridalaksana (1982:85) mengungkapkan bahwa “klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya tediri dari subjek
dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.”
Ramlan (1981:62)
mengungkapkan “Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas dari
P, baik disertai S, O, PEL, dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O), (PEL) (KET). Tanda
kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka,
artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.”
Berdasarkan pengertian
di atas, klausa adalah satuan gramatik yang unsur-usurnya minimal
terdiri atas Subjek-Predikat dan maksimal unsurnya terdiri atas Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan.
JENIS
KLAUSA
Klausa
dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat
terdiri atas :
1. Klausa nominal, adalah klausa yang
predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan nomina.
Misalnya :
- Ia guru IPA
- Yang dibeli pedagang itu
kayu
2. Klausa verbal, adalah klausa yang
predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal, dan klausa verbal
terbagi atas empat jenis, yakni :
a. Klausa verbal yang ajektif adalah
klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kategori sifat
sebagai pusatnya.
Misalnya :
-
Rumahnya sangat luas
-
Tamannya indah sekali
b. Klausa verbal Intransitif adalah klausa yang
predikatnya dari kata golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya.
Misalnya :
-
Burung merpati sedang terbang di angkasa
-
Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin
c. Klausa verbal yang aktif adalah
klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang transitif sebagai unsur
intinya.
Misalnya :
-
Ibuku sedang mencuci piring
-
Pamanku sedang mengajarkan IPS
d. Klausa verbal yang reflektif adalah
klausa yang predikatnya dari kata verbal yang tergolong kata kerja reflektif.
Misalnya :
-
Anak itu sedang menyelamatkan diri
-
Kakek Adi telah mengobati penyakitnya
e. Klausa verbal yang resiprok adalah
klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kata kerja
resiprok.
Misalnya :
-
Mereka saling melempar batu karang
-
Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah
3. Klausa bilangan adalah klausa yang
predikatnya dari kata atau frasa golongan bilangan.
Misalnya :
-
Kaki meja itu empat buah
-
Mobil itu delapan rodanya
4. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya
dari kata atau frasa depan yang diawali kata depan sebagai penanda.
Misalnya :
-
Baju dinas itu untuk pegawai pemda
-
Mobil itu dari Amerika
D. KALIMAT
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu
bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang
intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) menyatakan bahwa
kalimat merupakan bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan
pikiran utuh secara ketatabahasaan.
Sosok kalimat tampak dalam dua wujud, yaitu lisan dan
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai
oleh kekerasan dan kelembutan tekanan, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai dan diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda
seru.
Kalimat lisan merupakan wujud primer dari bahasa sedangkan
kalimat tertulis merupakan derivasi dari wujud primer tersebut yang tentu saja tidak mampu mencerminkan
keseluruhan wujudnya.
JENIS
KALIMAT
1. Kalimat tunggal
Pengertian
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.
2. Jenis Kalimat Tunggal
Jenis
kalimat tunggal terdiri atas lima macam, yakni kalimat nominal, kalimat
ajektival, verbal, dan kalimat preposisional.
a. Kalimat Nominal
Adalah
kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.
Contoh :
- Ibuku petani
sawah,
- Ayahku pegawai
kantor pajak,
- Kakakku tukang
kayu.
b. Kalimat Verbal
Adalah kalimat tunggal yang
predikatnya dibentuk dari kata kerja atau verbal. Kalimat verbal terdiri atas
lima macam, yakni :
1. Kalimat
Intransitif
2. Kalimat
Ekantransitif
3. Kalimat
Dwitransitif
4. Kalimat
Semitransitif
5. Kalimat
Pasif
c.
Kalimat Adjektival
Adalah
kalimat yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival.
Contoh:
- Buku
bahasa Inggrisku sangat tebal.
- Keluarga
itu sangat sopan dan bijaksana.
d. Kalimat Preposisional
Adalah
kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi.
Contoh:
- Tempat
tinggalnya di Makassar
Di
samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni:
1.
Kalimat berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin
mengutarakan
suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang
dialami
orang lain.
Misalnya:
Ali pergi ke Jakarta kemarin.
Jalan itu sangat licin.
Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.
2.
Kalimat tanya.
Kalimat
tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk
menanyakan
sesuatu, yang di dalamnya terdapat tiga
kemungkinan ciri:
(1)
mengunakan intonasi tanya, dan atau
(2)
menggunakan kata tanya, dan atau
(3)
menggunakan partikel -kah.
Misalnya, seperti berikut.
Ibu datang?
Kapan Ibu datang?
Akankah ibu datang?
Jenis
kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat
dikelompokkan
menurut sifatnya, sebagai berikut:
(a) Untuk menanyakan benda/hal: apa,
untuk apa, tentang apa.
(b) Untuk
menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa.
(c) Untuk
menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak.
(d) Untuk
menanyakan pilihan: mana, yang mana,
(e) Untuk
menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana.
(f) Untuk
menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.
(g) Untuk
menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa.
Kalimat
tanya terdiri atas tiga macam:
(a) kalimat tanya biasa: kalimat yang
benar-benar menanyakan sesuatu.
(b) kalimat tanya retoris: kalimat yang
menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat
ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk menarik perhatian pendengar.
(c) kalimat yang senilai perintah: bentuknya
bertanya tetapi maksudnya
menyuruh,
misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3.
Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain
melakukan sesuatu.
Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis :
a.
Suruhan
b.
Permintaan
c.
Memperkenankan
d.
Ajakan
e.
Larangan
f.
Bujukan
g.
Harapan
4.
Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum.
3.
Kalimat majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat.
Misalnya
: SP + SP, SPO + SPO,
Atau
kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan).
Menurut
Keraf (1982) kalimat majemuk terdiri atas 3 jenis yakni :
1.
Kalimat majemuk setara
a) Kalimat majemuk setara penambahan adalah
kalimat majemuk setara yang menggunakan kata – kata penghubung : dan, lagi pula, serta.
b) Kalimat majemuk setara pemilihan adalah
kalimat majemuk setara yang menggunakan kata – kata penghubung : atau, baik…maupun.
c) Kalimat majemuk setara perlawanan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata
– kata penghubung : tetapi, namun,
padahal.
d) Kalimat majemuk setara
adalah kalimat sebab-akibat majemuk setara yang menggunakan kata – kata
penghubung : sebab, karena, berhubung,
akibat.
2.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih, satu sebagai
induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat (menerangkan).
3.
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah
pola atasan dan sekurang – kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang –
kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan (Keraf, 1981).
BAB
III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sintaksis
merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Frase sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari kata dan lebih
kecil dari kalimat. Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur- unsurnya
terdiri atas frase endosentrik (atributif, koordinatif, apositif) dan
eksosentrik; frase dilihat dari segi kategori katanya terdiri atas empat macam
frase: nominal, verbal, ajektival, numeralia, fromina.
Klausa dilihat dari kategori kata yang menduduki predikat terdiri
atas klausa verbal (ajektif, intransitif, aktif, pasif, dan resiprokal), klausa
nominal, klausa bilangan, dan klausa depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola
struktur dikandungnya terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni kalimat nominal, kalimat verbal
(intransitif, ekatransitif, dwritransitif, semi transitif, pasif) kalimat
ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi
maknanya terdiri atas kalimat berita, tanya, dankalimat seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas dua majenis,
yakni kalimat majemuk setara (penjumlahan pertentang, pemilihan, sebab),
kalimat mejemuk bertingkat dan kalimat majemuk bertingkat
B. SARAN
Pemahaman
satuan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat menjadi
bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
Sehingga, materi ini harus benar-benar dikuasai dan dipahami.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. 1988. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa
Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah
Kridalaksana. H. 1982. Kamus
Lingistik, Jakarta: Gramedia
Ramlan,
M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
MAKALAH
SINTAKSIS
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham
tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat
dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya.
Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu
sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat
dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan
hubungan antar kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk
di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah
ini akan dibahas ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di
uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja yang termasuk dalam
sintaksis bahasa Indonesia?
3. Apakah yang dimaksud dengan frasa,
klausa, dan kalimat?
4. Apa sajakah macam-macam dari frasa
dan strukturnya?
5. Apa sajakah macam-macam dari klausa
dan srukturnya dalam sintaksis?
6. Apa saja macam-macam dari kalimat dan
strukturnya?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian
sintaksis.
2. Dapat mengetahui secara jelas frasa,
klausa, dan kalimat dalam sintaksis.
3. Dapat mengetahui jenis-jenis frasa
dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
4. Dapat mengetahui macam-macam klausa
beserta strukturnya.
5. Dapat mengetahui jenis-jenis kalimat
dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sintaksis
Sintaksis membicarakan berbagai
seluk-beluk frase dan kalimat (M.Asfandi Adul, 1990: 41). Sintaksis merupakan
bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan
frasa. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang bearti dengan dan kata tattein yang
bearti menempatkan jadi secara
etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat. Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis.
Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang
dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat.
Sintaksis juga merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya
mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Tarigan, 1984:5).
Istilah sintaksis (Belanda,
Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlah 2001:18).
Dari beberapa pernyataan yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa
yang didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa,
klausa, dan kalimat.
2.1.2 Frasa
Frasa adalah suatu kelompok kata yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak
melampui batas subjek dan batas predikat. Frase terdiri dari dua kata atau
lebih yang membentuk suatu kesatuan dan dalam pembentukan ini tidak terdapat
ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase
adalah suatu komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan kalimat
(M.Asfandi Adul, 1990:41).
Frase adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi
ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. Frase terbentuk dari
rangkaian kelas kata yang satu dengan yang lain, baik pada posisi pertama
maupun ke dua. Rangkaian kelas kata yang membentuk frase itu mempunyai hubungan
atributif, predikatif, dan posesif (Kailani Hasan, 1983:23).
Dari beberapa pernyataan yang telah
dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa merupakan gabungan atau
rangkaian kata yang tidak mempunyai batas subjek dan predikat, yang biasanya
rangkaian kata tersebut mempunyai satu makna yang tidak bisa dipisahkan.
2.1.3
Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang
setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa berpotensi menjadi
kalimat. Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuannya dan berdasarkan
fungsinya. Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi
kalimat. Kalimat inti terdiri atas klausa tunggal, sedangkan kalimat majemuk
terdiri atas lebih dari satu klausa. Oleh karena itu, kalimat majemuk
terdiri atas klausa-klausa yang saling berhubungan.
Klausa ialah unsur kalimat, karena
sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa. Unsur inti klausa adalah
S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat
luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban.
Klausa adalah satuan sintaksis
berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya, di dalam konstruksi
itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan
yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan.fungsi yang
bersifat wajib pada konstruksi ini adalah subjek dan predikat sedangkan yang
lain tidak wajib.
Sehigga dapat ditarik kesimpulan
bahwa klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya dua fungsi
sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak wajib. Penanda
klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul
misalnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi.
Klausa juga berpotensi menjadi kalimat tunggal karena didalamnya terdapat unsur
sintaksis yakni subjek dan predikat.
2.1.4
Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh (Diana Nababan, 2008:82).
Kalimat
adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri
sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan
intonasi final (Kailani Hasan, 1983:23).
Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas komponen
kata-kata, frase, atau klausa (M.Asfandi Adul, 1990: 41).
Jika dilihat dari fungsinya,
unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat
majemuk.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Fungsi Kajian Sintaksis
Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen.
Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap,
serta keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Subjek
dan Predikat
1. Subjek merupakan bagian yang
diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa
yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang
menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut
dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
2. Subjek berupa frasa nomina atau
pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba,
adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3. Jika diubah menjadi kalimat tanya,
subjek tidak dapat diberi partikel -kah. Predikat dapat diberi partikel -kah.
Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat
adalah, ‘Adik sedang makan’. ‘Adik’ menduduki fungsi subjek, sedangkan ’sedang
makan’ menduduki fungsi predikat.
‘Adik
sedang makan.’
S P
b. Objek
dan Pelengkap
1. Objek berupa frasa nomina atau
pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba,
adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
2. Objek mengikuti predikat yang berupa
verba transitif (memerlukan objek) atau semi transitif dan pelengkap mengikuti
predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
3. Objek dapat diubah menjadi subjek
dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
c. Keterangan.
1. Keterangan adalah bagian kalimat
yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan
konjungsi.
3. Mudah dipindah-pindah, kecuali
diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak
Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di pasar induk’
merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi subjek. Kata ‘membeli’
merupakan predikat dan ‘buah-buahan’ adalah fungsi objek.
‘Kemarin
, Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’.
Ket S P O Ket
3.2
Aspek-Aspek Sintaksis
Aspek-aspek yang dikaji dalam
sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Dibawah ini merupakan uraian
dari ketiga aspek tersebut.
3.2.1
Frasa
Frasa dapat dihasilkan dari
perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan perluasannya tidak menimbulkan
jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas fungsi semula. Jika
perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau membentuk pola
subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh: karya sastra (frasa)
diperluas
karya sastra indah itu (frasa)
karya
sastra itu indah
(klausa)
S P
Frasa dapat dibagi atas empat jenis,
sebagai berikut.
a. Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai
persamaan distribusi dengan unsurnya. Atau dapat diartikan frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan.
Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa
yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah
orang di gardu.
Menurut Imam (2008 :1), Frase Eksosentris dibagi menjadi
dua, yakni:
1. Frase Eksosentrik yang Direktif
Komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di, ke dan
dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan
2. Frase Eksosentrik yang Nondirektif
Komponen pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan
“sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa kata
berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampung
Diana Nababan (2008: 84)
dalam bukunya Intisari Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa jenis frasa
eksosentris dapat dibedakan menjadi :
1) Frasa ferbal adalah frasa yang
intinya berupa kata kerja.
Contoh : Menangis keras
Sedang melamun
Dapat berjalan
2) Frasa adjektiva adalah frasa yang
intinya berupa kata sifat.
Contoh : Kasar sekali
Amat lembut
Sangat merdu
3) Frasa nominal adalah frasa yang
intinya berupa kata benda.
Contoh: Lapangan besar
Rumah besar
Sang pemimpin
4) Frasa pronominal adalah frasa yang
intinya berupa kata ganti.
Contoh : Kalian semua
Kamu dan dia
5) Frasa adverbial adalah frasa yang
intinya berupa kata keterangan.
Contoh : Lebih kurang
6) Frasa numerial adalah frasa yang
intinya berupa kata bilangan.
Contoh : Tujuh dan delapan
Empat belas
7) Frasa interogativa adalah frasa yang
intinya berupa kata tanya.
Contoh : Apa dan siapa
b. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat
menggantikan kedudukan frasa itu secara keseluruhan.
Contoh : Mereka menempati rumah baru.
Frasa rumah baru
mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji dengan membuat kalimat berterima
dan tidak berterima:
a. Mereka menempeti rumah
b. Mereke menempeti baru
Kalimat a mempunyai makna, berarti rumah menjadi inti frasa. Kalimat b
tidak berterima dan tidak mempunyai makna, berarti baru bukanlah inti frasa.
Jenis frasa endosentris:
1) Frasa Endosentris Koordinatif
Masing-masing unsur memiliki
kedudukan sederajat yang tidak saling menerangkan unsur yang lain. Sifat
kesetaraan itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata penghubung
dan atau.
Contoh : Anak itu sudah tidak
mempunyai ibu bapak. (ibu dan bapak)
2) Frasa Endosentris Apositif
Frasa yang berhubungan antara
unsur-unsurnya dapat saling menggantikan.
Contoh : Aminah, Anak Pak Lurah sangat cantik.
Frasa anak Pak Lurah adalah unsur keterangan tambahan untuk menerangkan
aminah.
3) Frasa Endosentris Atributif
Frasa yang salah satu unsurnya dapat
menggantikan frasa itu secara keseluruhan. Frasa ini memiliki unsur pusat dan
unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D (diterangkan) dan unsur atribut
ditandai dengan M (menerangkan)
Contoh: Rumahnya sangat
besar
M D
Kata
sangat adalah atribut atau penjelas
untuk kata besar.
Contoh
: Anak nakal sangat
marah
M
D M D
c. Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang
menimbulkan makna ganda atau tidak jelas.
Contoh : Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna:
1. Lukisan milik Ayah
2. Lukisan mengenai diri Ayah
3. Lukisan buatan Ayah
d. Frasa Idiomatik
Frasa idiomatic adalah frasa yang
mempunyai makna sampingan atau bukan makna sebenarnya.
Contoh : orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.
3.2.2
Klausa
Klausa merupakan bagian dari
kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, tetapi tidak mengandung
intonasi, jeda, tempo, dan nada.
(a) Klasifikasi Klausa
Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
klausa. Ketiga dasar itu adalah:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P.
4. Klasifikasi klausa berdasarkan
criteria tatarannya dalam kalimat.
5. Klasifikasi klausa berdasarkan
potensinya untuk menjadi kalimat.
Berikut hasil klasifikasinya:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu
pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur
ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti
klausa selalu hadir.
Atas
dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya,
berikut klasifikasinya:
a) Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
1. Klausa versi, yaitu klausa yang
S-nya mendahului P.
Contoh :
Kondisinya masih kritis.
Gedung itu sangat tinggi.
Sekolah itu masih rusak.
2. Klausa inversi, yaitu klausa yang
P-nya mendahului S.
Contoh :
Masih kritis kondisinya.
Sangat tinggi gedung itu.
Masih rusak sekolah itu.
b) Klausa
Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur
intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja.
Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan,
belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya
unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
a. Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya
unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh
:
Bambang seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu mengerjakan PR.
Mereka pergi ke toko.
b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang
ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh
:
Bambang bukan seorang pesepak bola
tersohor.
Anak itu belum mengerjakan PR.
Mereka tidak pergi ke toko.
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik
menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia
tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik
menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata
negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau
yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu apapun’, maka kata negasi itu
menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan
sendok.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki
fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa
dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Klausa
Nomina
Klausa nomina
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung
itu.
Bapak itu dosen linguistik.
b) Klausa
Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa verba.
Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
Klausa
verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
a. Klausa Transitif
Adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif.
Contoh: Adik menulis surat.
b. Klausa Intrasitif
Adalah klausa yang predikatnya berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
c. Klausa Refleksif
Adalah
klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Contoh:
Kakak sedang berdandan.
d. Klausa Resiprokal
Adalah klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c)
Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh
:
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
Ibu guru sangat baik.
d)
Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori numeralia.
Contoh
:
Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
e) Klausa
Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa
yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh
:
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Surabaya.
f)
Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh
:
Hakim memutuskan bahwa dialah yang
bersalah.
Sudah diputuskan
bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4. Klasifikasi klausa berdasarkan
potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi
kalimat dapat dibedakan atas :
a. Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat,
sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki
unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam
klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari
kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan
dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula,
yaitu kalimat.
Contoh
:
Anak itu badannya panas,
tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di
jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah
yang bersalah.
b. Klausa terikat
Klausa
terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,
hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap.
Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto,
pepatah, dan kalimat telegram.
Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi,
kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari
siapa pun selain dari orang tuanya.
5. Klasifikasi klausa berdasarkan
criteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan
atas :
a. Klausa Atasan
Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat.
Contoh : Irwan
datang ketika kami sedang menonton film.
Klausa
Atasan
b. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang
belum lengkap isinya. Klausa ini tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
Klausa
Bawahan
(b) Analisis
Klausa
Klasifikasi klausa dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar,
yaitu berdasarkan fungsi unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase
yang menjadi unsurnya, dan berdasarkan makna unsur-unsurnya.
1. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-Unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini
disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada
dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang
terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket.
Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada
dalam klausa ialah P.
a. S dan P
Contoh
: Budi tidak berlari-lari ≈ Tidak berlari-lari Budi
S P P S
Badannya
sangat lemah ≈
Sangat lemah badannya
S P P S
b. O dan Pelengkap
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif,
mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri
ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal
transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
Kepala Sekolah akan
menyelenggarakan pentas seni.
S P O
Pentas seni akan
dislenggarakan kepala sekolah
S P O
c. Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel
dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu
terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang
bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P,
dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak
di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki
tempat langsung dibelakang P.
Contoh
:
Akibat banjir desa-desa itu hancur
Ket S P
Desa-desa itu hancur
akibat banjir
S P O
2. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori
Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang
menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini
tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari
analisis fungsional.
3. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori
Makna dan Unsur-Unsurnya
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan
fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial
telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V,
Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi
ket terdiri dari Ket, FD, N.
3.2.3
Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang
ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa
kalimat itu sudah selesai (lengkap).
a. Ragam Kalimat
Berdasarkan jenisnya, kalimat dapat dibagi menjadi beberapa
jenis:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yangt
mempunyai satu subjek dan satu predikat serta mengandung satu maksud.
Contoh :
Koko pergi ke pasar
S P Ket
Toni menanam biji jarak di kebun
S P O Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat
tunggal terbagi atas:
a. Kalimat nominal adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya seorang pelukis.
Yang berbaju biru itu, Pak Yandi.
b. Kalimat verbal adalah kalimat
yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Ani suka
makan bakso.
Rino
belajar aritmetiak.
c. Kalimat adjectival adalah kalimat
yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh : Soal ini sulit
sekali.
Tekatnya sangat kukuh.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yag
terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk tersusun dari
beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas:
a. Kalimat majemuk setara/koordinatif.
Kalimat majemuk setara adalahkalimat yang pola-pola
kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya,
kalimat majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.
Kalimat majemuk penjumlahan,
ditandai oleh kata hubung dan, lalu,
kemudian, dan sebagainya.
Contoh:
Pak Heru membacakan soal dan
siswa mendengarkan dengan saksama.
2. Kalimat majemuk pemilihan, ditandai
oleh kata hubung atau.
Contoh : Kamu maupesan soto ayam atau soto sapi.
3. Kalimat majemuk pertentangan,
ditandai oleh kata hubung tetapi dan melainkan.
Contoh : Ayah sering menasihatinya, tetapi dia tetap tidak mau berubah.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat/
Subkoordinatif.
Kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah
satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut dengan induk
kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih rendah kedudukannya disebut anak
kalimat.
Fungsi itu sekaligus menunjukan relasi antara induk kalimat
dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat terbagi menjadi:
1. Kalimat majemuk hubungan waktu,
ditandai oleh kata hubung setelah,
sewaktu, sejak, mankala, ketika, dan sebagainya.
Contoh : Ia menjadi sebatang kara` sejak ayah dan ibunya
meninggal.
2. Kalimat majemuk hubungan syarat,
ditandai oleh konjungsi jika, seandainya,
andaikan, asalkan, apabila.
Contoh : Kamu boleh membeli sepeda
asalkan nilai rapormu bagus.
3. Kalimat majemuk hubungan tujuan
ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan
biar.
Contoh : Minumlah obat itu agar kamu cepat sembuh.
4. Kalimat majemuk hubungan konsesif,
ditandai oleh konjungsi walaupun,
meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun
dan sungguhpun.
Contoh:
Dia tetap teguh pada pendiriannya walaupun setiap orang menantangnya.
5.
Kalimat majemuk hubungan
perbandingan, ditandai oleh kata penghubung daripada,
ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana.
Contoh: Daripada kamu duduk-duduk saja, lebih baik kamu bantu ibumu
merapikan taman.
6. Kalimat majemuk hubungan penyebaban,
ditandai oleh kata penghubung sebab,
karena, oleh karena.
Contoh : Saya tidak jadi berangkat
ke Medan karena ada pekerjaan yang
harus segera diselesaikan di sini.
7. Kata majemuk hubungan akibat,
ditandai oleh kata penghubung sehingga,
sampai-sampai, maka.
Contoh :
kamu terlalu asyik menonton film sehingga lupa sholat.
8. Kata majemuk hubungan cara, ditandai
oleh kata penghubung dengan.
Contoh:
Gelandangan itu tidur di emperan toko dengan beralaskan koran.
9. Kata majemuk hubungan sangkalan,
ditandai oleh konjungsi seolah-olah,
seakan-akan.
Contoh:
Dia diam saja seakan-akan
dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.
10. Kalimat
majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.
Contoh:
Pura-pura tidak tahu padahal
dia tahu banyak.
11. Kalimat
majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.
Contoh :
Kamu susah sekali makan, makanya lambungmu sering sakit.
12. Kalimat
majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.
Contoh :
Kamu harus tahu bahwa kamu adalah putera Pak Sanjaya.
13. Kalimat
majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.
Contoh :
Pemuda yang berdiri di dekat pohon
itu, kekasih Andria.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah
gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh :
Artis cantik itu hanya bisa diam lalu pergi begitu saja
ketika beberapa wartawan menanyainya.
3. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang
menirukan ujaran orang lain.
Contoh :
Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
4. Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan
kembali ujaran orang lain.
Contoh:
Ibu
mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat rambut gondrong.
5. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang
subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif adalah predikatnya berupa
kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh :
Ibu sedang membuat martabak telur.
Andika senang makan kerang.
Medi tinggal di jalan Solontongan.
Berdasarkan
hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a. Kalimat aktif transitif, adalah
kalimat aktif yang predikatnya mutlak membutuhakan objek.
Contoh :
Andre memperkenalkan Hendra
kepada teman-
P O
temannya.
b. Kalimat aktif semitransitif, adalah
kalimat aktif yang predikatnya memerlukan pelengkap.
Contoh: Negara Indonesia berlandaskan hukum.
P Pel
c. Kalimat aktif dwitransitif, adalah
kalimat aktif yang predikatnya membutuhkan objek dan pelengkap.
Contoh : Petugas itu memperbolehkan
saya merokok di
P O Pel
ruangan ini.
6. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang
subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri kalimat pasif adalah
sebagai berikut:
a. Predikatnya berisi kata kerja
berawalan di-, ter-, dan kofiks
ke-an.
Contoh :
Ina kehujanan tadi malam.
b. Bentuk diri atau persona ku-, kau-.
Contoh :
Coba kau lihat bunga ini.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi
kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Tukarkan pengisi subjek (S), dengan
pengisi objek (O).
b. Ganti awalan me- dengan di- pada
predikat.
c. Tambahkan kata oleh di belakang
predikat (manasuka).
Contoh:
Pemerintah mencanangkan Progam
Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S P O
Progam Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh) pemerintah.
(Pasif)
O P S
Jika subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau, kamu, anda, dia, beliau, atau mereka.
Berlaku kaidah berikut:
a.
Ubah pola SPO menjadi OSP.
b.
Hapus awalan meN- dari P
c.
Rapatkan S dan P tanpa kata pemisah
apapun. Jika semula mula predikatnya mengandung kata bantu seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak,
letakan kata-kata tersebut sebelum S.
d.
Gantikan aku dengan ku- dan engkau
dengan kau (manasuka).
Contoh: Mereka sedang
menyelesaikan tugas yang sangat mulia.
S P O
(aktif)
Tugas yang sangat mulia sedang
mereka selesaikan. (Pasif)
7.
Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur
pusat, dapat berupa S-P, S-P-O atau S-P-O-K.
Contoh :
Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.
Saya meminjam novel dari
perpustakaan.
8.
Kalimat Minor
Kalimat Minor adalah kalimat yang
mengandung satu unsure pusat. Unsur
pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh :
Pergi!
Tidur!
Minggu depan.
Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan
atas:
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang
isinya memberitahukan suatu kejadian atau suatu keadaan. Dalam bentuk tulisan
kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan,
nadanya naik di akhir kalimat.
Contoh: Harga BBM akan dinaikkan
mulai bulan Mei 2008.
2. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang
berisikan perintah atau seruan untuk melakukan sesuatu. Kalimat berita dalam
bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau titik (.).
Ciri-ciri kalimat perintah:
a. Predikatnya menggunakan partikel –lah.
b. Dapat menggunakan kata tolong, coba, atau silakan untuk memperhalus kalimat.
c. Kalimat perintah larangan sering
didahului oleh kata jangan.
Contoh
: Jangan bermain di sini!
Tulislaah
namamu di kertas ini!
Tolong
ambilkan kertas itu!
3. Kalimat Tanya
Kalimat Tanya adalah kalimat yang
berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain.
Cara membuat kalimat tanya:
a. Membalikkan urutan kata lalu
ditambah partikel –kah.
Contoh :
Kakak membeli mobil baru.
Menjadi : Membeli mobil barukah kakak?
b. Menggunakan kata tanya apa, siapa, beberapa, kapan, mengapa, bagaimana,
di mana, dan sebagainya.
Contoh : Kapan kamu datang?
Bagaimana cara menanam jagung?
c. Menambahkan partikel –kah pada kata tanya.
Contoh : Dimanakah dia berada?
Siapakan pemenang pertandingan sepak bola kemarin?
d. Menggunakan kata bukan atau tidak.
Contoh : Sepatu ini milikmu, bukan?
Kamu ini serius tidak?
e. Mengubah intonasi kalimat.
Contoh :
Rino sedang tidur.
Menjadi : Rino sedang tidur?
4. Kalimat Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan.
Contoh : Wah, luar biasa pertandingan itu.
5. Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang
memberikan penegasan khusus kepada subjek.
Contoh : Kami lah yang terlambat datang.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaksis
adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Sintaksis terdiri
dari frasa, klausa, dan kalimat. Dari frasa, klausa dan kalimat memiliki
pengertian dan jenis-jenisnya.
Frasa
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang menempati satu fungsi dan tidak
melebihinya. Sedangkan klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya
dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak
wajib. Untuk kalimat yaitu satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal
dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai
(lengkap).
4.2
Saran
Dengan
disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan pembaca dapat mengetahui
kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui sebenarnya sintaksis itu erat
hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari.
Makalah
ini kami susun hanya berdasarkan sumber-sumber yang kami dapatkan dan makalah
ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, jika pembaca
mendapatkan sumber-sumber lain yang dapat mendukung perbaikan makalah ini, kami
selaku penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Zaenal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo
Kailani
Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis
Bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
M. Asfandi Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta :
Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Nur
Khairinnisa. 2011. Konsep dan Jenis-Jenis
Frasa. Diunduh 15 September 2012 dari http://www. Blogger.com.
Rachmadrivai.
2011. Sintaksis Bahasa Indonesia (frasa).
Diunduh 15 September 2012 dari http://rachmadrivai.wordpress.com.
Diana Nababan. 2008. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta :
Kawan Pustaka.
Henry Guntur Tarigan. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
Oleh: Firdawati, S.Pd.
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang
linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat
yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian
sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
1. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau
lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di
dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
- bayi sehat
- pisang goreng
- baru datang
- sedang membaca
Satuan bahasa
bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan
sedang
membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan
subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas
katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia,
frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa
koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu
persatu jenis frasa.
1.1. Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa
verbal terdiri dari tiga macam seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.1.1. Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang
dibedakan menjadi.
1.1.1.1. Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini.
- Ia bekerja keras sepanjang hari.
- Orang
itu bekerja cepat setiap hari.
1.1.1.2. Pewatas depan, seperti contoh berikut ini.
- Kami akan menyanyikan lagu
kebangsaan.
- Mereka pasti menyukai makanan itu.
1.1.2. Frasa verbal koordinatif yaitu dua
verba yang disatukan dengan kata penghubung
dan atau
atau,
seperti contoh berikut ini.
- Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
- Kita
pergi atau menunggu ayah.
1.1.3. Frasa verbal apositif yaitu sebagai
keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai berikut.
- Aie
Pacah, tempat tinggal saya, akan
menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
- Usaha
Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi
grosir.
1.2. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau
keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang
berfungsi menerangkan seperti
agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan
sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan
berikut ini.
1.2.1. Frasa adjektival modifikatif
(membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
- Tampan nian kekasih barumu.
- Hebat benar kelakuannya.
1.2.2. Frasa adjektival koordinatif
(menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut.
- Setelah
pindah, dia aman
tentram di rumah barunya.
- Dia
menginginkan pria yang tegap
kekar untuk menjadi suaminya.
1.2.3. Frasa adjektival apositif seperti
contoh berikut ini.
- Srikandi
cantik, ayu rupawan, diperistri oleh
Arjuna.
- Skripsi
yang berkualitas, terpuji
dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
1.3. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang
dijelaskan berikut ini.
1.3.1. Frasa nominal modifikatif (mewatasi),
misalnya
rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti
berikut ini.
- Pada hari minggu layanan pustaka
tetap dibuka.
- Pada bulan pertama setelah menikah,
mereka sudah mulai bertengkar.
1.3.2. Frasa nominal koordinatif (tidak saling
menerangkan), misalnya
hak dan kewajiban, dunia akhirat, lahir bathin, serta
adil dan makmur. Contohnya seperti berikut ini.
- Seorang
PNS harus memahami hak
dan kewajiban sebagai aparatur negara.
- Setiap
orang menginginkan kebahagiaan dunia
akhirat.
1.3.3. Frasa nominal apositif, contohnya
seperti berikut ini.
- Anton,
mahasiswa teladan itu, kini
menjadi dosen di Universitasnya.
- Burung
Cendrawasih, burung
langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
1.4. Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata
sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1.4.1. Frasa adverbial yang bersifat
modifikatif (mewatasi), misalnya
sangat pandai, kurang pandai, hampir baik,
dan
pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
- Dia kurang pandai bergaul di
lingkungan tempat tinggalnya.
- Kemampuan
siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
1.4.2. Frasa adverbial yang bersifat
koordinatif (tidak saling menerangkan), contohnya seperti berikut ini.
- Jarak
rumah ke kantornya lebih
kurang dua kilometer.
1.5. Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa
pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
1.5.1. Frasa pronominal modifikatif, contohnya
seperti berikut.
- Kami semua dimarahi guru
karena meribut.
- Mereka berdua minta izin
karena mengikuti perlombaan.
1.5.2. Frasa pronominal koordinatif, contohnya
seperti berikut.
- Aku dan kau suka dancow.
- Saya dan dia sudah lama tidak
bertegur sapa.
1.5.3. Frasa pronominal apositif, contohnya
seperti berikut.
- Kami, bangsa Indonesia, menyatakan
perang terhadap korupsi.
- Mahasiswa,
para pemuda, siap menjadi
pasukan anti korupsi.
1.6. Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan.
Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1.6.1. Frasa numeralia modifikatif, contohnya
seperti di bawah ini.
- Mereka
memotong dua puluh ekor sapi kurban.
- Orang
itu menyumbang pembangunan jalan dua
juta rupiah.
1.6.2. Frasa numeralia koordinatif, contohnya
seperti di bawah ini.
- Lima atau enam orang bertopeng
melintasi kegelapan pada gang itu.
- Entah tiga, entah empat kali
dia sudah meminjam uang saya.
1.7. Frasa Introgativa koordinatif
Frasa introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
Contohnya seperti berikut ini.
- Jawaban
apa atau siapa merupakan ciri
subjek kalimat.
- Jawaban
mengapa atau bagaimana
merupakan pertanda jawaban prediket.
1.8. Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata
yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
- Saya
bekerja di sana atau di sini sama
saja.
- Saya
memakai baju ini
atau itu tidak masalah.
1.9. Frasa Proposional Koordinatif
Frasa proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling
menerangkan. Contohnya seperti berikut.
- Perjalanan
kami dari dan ke Bandung memerlukan
waktu enam jam.
- Koperasi
dari, oleh dan untuk anggota.
2. Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi
kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat
adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan
intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final
itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.
Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
2.1. Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan
yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih
yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama
Rima membaca kompas. Klausa kedua
adiknya bermain
catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2.2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan
klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut.
Orang itu pindah ke Jakarta setelah
suaminya bekerja di Bank
Indonesia.
Klausa
orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim
disebut induk kalimat) dan klausa kedua
suaminya bekerja di Bank Indonesia
merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
2.3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga
klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
- Dia
pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu.
1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
2) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
- Dia
pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk
bertingkat)
- Ayahnya
meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat
menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah
satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang
terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau
gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang
minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit
maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal,
diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan
kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya,
intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah
satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi
tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang
intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
3.1. Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
- Dalam
bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru.
- Sekurang-kurangnya
terdiri dari atas subjek dan prediket.
- Predikat
transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
- Mengandung
pikiran yang utuh.
- Mengandung
urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi
(subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya.
- Mengandung
satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
- Dalam
paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun
dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat
diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis
adalah
subjek (S),
prediket (P),
objek (O),
pelengkap
(Pel.), dan
keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus
mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada
dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu
objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi
sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
3.2.1. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket.
Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
- jawaban
apa atau siapa,
- dapat
didahului oleh kata bahwa,
- berupa
kata atau frasa benda (nomina)
- dapat
diserta kata ini
atau itu,
- dapat
disertai pewatas yang,
- tidak
didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
- tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak,
tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
- Adik
bermain.
S P
- Ibu
memasak.
S P
3.2.2. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat
atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada
contoh-contoh di bawah ini.
- Adik
bermain.
S P
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
- Ibu
memasak.
S P
Ibu adalah pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- bagian kalimat
yang menjelaskan pokok kalimat,
- dalam
kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
- prediket
umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
- dalam
kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
- prediket
merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
- prediket
dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa
yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
3.2.3. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba
transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan
melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang
terlihat pada contoh di bawah ini.
- Dosen
menerangkan materi.
S
P
O
menerangkan adalah verba transitif.
- Ibu
menyuapi adik.
S
P O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- berupa
nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
- Ayah
membaca koran.
S
P O
Koran adalah nomina.
- Adik
memakai tas baru.
S
P O
Tas baru adalah frasa nominal
- berada
langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti
contoh berikut,
- Ibu
memarahi kakak.
S
P O
- Guru
membacakan pengumuman.
S
P
O
- dapat
diganti enklitik –nya,
ku atau –mu,
seperti contoh berikut,
- Kepala
sekolah mengundang wali murid.
S
P
O
- Kepala
sekolah mengundangnya.
S
P O
- objek
dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif
dipasifkan, seperti contoh berikut,
- Ani
membaca buku.
S
P O
- Buku
dibaca Ani.
S P Pel.
3.2.4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)
bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa
nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat.
Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
- Bu
Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S
P
pel. ket.
- Bu
Minah menjual sayur di pasar pagi.
S
P
O ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- pelengkap
kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang
dilekati oleh prefiks ber
dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
-
- Bu
Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S
P
Pel. Ket.
-
- Buku
dibaca Ani.
S P Pel.
- pelengkap
merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba
dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
-
- Ayah
membelikan adik mainan.
S
P
O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif.
- pelengkap
merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi
oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh
berikut.
-
- Budi
menjadi siswa teladan.
S
P
Pel.
-
- Kemerdekaan
adalah hak semua bangsa.
S
P
Pel.
- dalam
kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang
predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di
belakang objek, seperti pada contoh berikut.
-
- Pak
Ali berdagang buku bekas.
S
P
Pel.
-
- Ibu
membelikan Rani jilbab.
S
P
O Pel.
- pelengkap
tidak dapat diganti dengan pronomina –nya,
seperti contoh berikut.
-
- Ibu
memanggil adik.
S
P O
Ibu memanggilnya.
S
P O
-
- Pak
Samad berdagang rempah.
S
P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
- satuan
bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi
subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh
berikut.
-
- Pancasila
merupakan dasar negara.
S
P
Pel.
-
- Dasar
negara dirupakan pancasila (?)
3.2.5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh
kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam
kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh
berikut.
- Ibu
membeli kue di pasar.
S
P O Ket. tempat
- Ayah
menonton TV tadi pagi.
S
P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- umumnya
merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat,
seperti contoh berikut.
- Saya
membeli buku.
S
P O
- Saya
membeli buku di
Gramedia.
S
P O Ket.
tempat
- keterangan
dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti
contoh berikut.
- Dia
membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
S
P
O
Ket. cara
- Dengan
hati-hati dia membuka bungkusan itu.
Ket. cara
S
P
O
- keterangan
diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan
klausa terikat, seperti contoh berikut.
- Ali
datang kemarin.
S P Ket. waktu
- Ibu
berangkat kemarin sore.
S
P Ket. waktu
Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti
dijelaskan berikut.
- Keterangan
tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan
tempat dimarkahi oleh preposisi
di, ke, dari (di) dalam, seperti
contoh berikut.
- Ayah
pulang dari kantor.
S P Ket,
tempat
- Irfan
bermain bola di
lapangan.
S P
O Ket. tempat
- Keterangan
waktu
Keterangan waktu adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan
waktu dimarkahi oleh preposisi
pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum,
sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh
preposisi, misalnya
sekarang, besok, kemarin, nanti. Keterangan waktu
dalam kalimat seperti contoh berikut.
- Dia
akan datang pada hari ini.
S
P Ket. waktu
- Dia
menderita sepanjang hidupnya.
S
P Ket. waktu
- Keterangan
alat
Keterangan alat adalah keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan
alat dimarkahi oleh preposisi
dengan dan
tanpa. Keterangan
alat dalam kalimat seperti contoh berikut.
- Ibu
menghaluskan bumbu
dengan blender.
S
P
O Ket. alat
- Kue
itu dibuat tanpa cetakan.
S
P Ket. alat
- Keterangan
cara
Keterangan cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya,
bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara dimarkahi oleh
preposisi
dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian
keterangan cara dalam kalimat seperti contoh berikut.
- Dia
memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
S
P
O
Ket. cara
- Habib
mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
S
P
O
Ket. cara
- Keterangan
tujuan
Keterangan tujuan adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya
mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan dimarkahi oleh preposisi
agar,
supaya, untuk, bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat
seperti contoh berikut.
- Arif
giat belajar agar naik kelas.
S
P Ket. tujuan
- Adonan
itu diaduk supaya cepat kembang.
S
P Ket. tujuan
- Keterangan
penyerta
Keterangan penyerta adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya
yang membentuk makna penyerta. Keterangan penyerta dimarkahi oleh preposisi
dengan,
bersama, beserta seperti yang terdapat dibawah ini.
- Mahasiswa
pergi studi banding bersama dosen.
S
P
Pel Ket. Penyerta
- Orang
itu pindah bersama anak isterinya.
S
P Ket.
penyerta
- Keterangan
perbandingan
Keterangan perbandingan adalah keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan dimarkahi oleh preposisi
seperti,
bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini.
- Dia
gelisah seperti cacing kepanasan.
S
P Ket. Perbandingan
- Suara
orang itu keras bagaikan halilintar.
S
P Ket. Perbandingan
- Keterangan
sebab
Keterangan sebab adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna
sebab. Keterangan sebab dimarkahi oleh konjungtor
sebab dan
karena,
seperti contoh berikut.
- Sebagian
besar rumah rusak karena gempa.
S
P Ket. sebab
- Rakyat
semakin menderita karena harga beras semakin naik.
S
P
Ket. sebab
- Keterangan
akibat
Keterangan akibat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk
makna akibat. Keterangan akibat dimarkahi oleh konjungtor
sehingga dan
akibatnya, seperti contoh berikut ini.
- Dia
sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
S
P
Ket.
Akibat
- Hutan
lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor.
S
P
Ket. Akibat
10. Keterangan syarat
Keterangan syarat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk
makna syarat. Keterangan syarat dimarkahi oleh konjungtor
jika dan
apabila,
seperti contoh berikut ini.
- Saya
akan datang jika dia mengundang saya.
S
P
Ket. Syarat
- Jika
para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera.
Ket. Syarat
S
P
11. Keterangan pengandaian
Keterangan pengandaian adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk
makna pengandaian. Keterangan pengandaian dimarkahi oleh konjungtor
andaikata,
seandainya dan
andaikan, seperti contoh berikut ini.
- Andaikan
bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket.
Pengandaian
S
P
- Seandainya
saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
Ket. pengandaian
S
P
O
12. Keterangan atributif
Keterangan atributif adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk
makna penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif dimarkahi oleh
konjungtor
yang, seperti contoh berikut ini.
- Mahasiswa
yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat
Ket. Atributif (S)
P
beasiswa.
O
- Guru
yang berbaju hijau itu adalah wali kelas saya.
Ket. Atributif
(S)
P
O
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003.
Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984.
Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009.
Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007.
Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
0 comments:
Post a Comment